Senin, 04 Februari 2013

Peranan Indonesia dalam Gerakan Non-Blok

Peranan Indonesia dalam Gerakan Non-Blok. Gerakan Non-Blok merupakan gerakan untuk tidak memihak salah satu blok kekuatan di dunia. Pendirian organisasi ini berperan dalam meredam ketegangan dunia. Keberadaan organisasi ini dapat membendung perluasan dari kedua blok yang berseteru. Gerakan ini diikuti oleh sejumlah negara termasuk Indonesia. Indonesia bukan saja sebagai negara anggota, tetapi juga pendirinya.  

Setelah Perang Dunia II berakhir dunia terbagi menjadi dua blok, yakni Blok Barat dan Blok Timur. Blok Barat yang dipimpin oleh Amerika berpaham Liberal. Sementara Blok Timur yang dipimpin oleh Uni Soviet berpaham Komunis. Kedua blok tersebut saling berlawanan karena perbedaan paham tersebut. Meskipun demikian, tidak semua negara bersedia mengikuti salah satu blok tersebut. Ada negara-negara yang memilih bersikap netral. Negara-negara tersebut tidak mau memihak salah satu blok. 

Di antara negara-negara netral ini adalah Indonesia, India, Mesir, Ghana, serta Yugoslavia. Atas inisiatif pemimpin lima negara ini terbentuklah sebuah organisasi yang disebut Gerakan Non-Blok (GNB) atau Non-Aligned Movement (NAM). Pemimpin kelima negara tersebut antara lain Soekarno (Presiden Indonesia), Pandit Jawaharlal Nehru (Perdana Menteri India), Gamal Abdel Naser (Presiden Mesir), Josep Broz Tito (Presiden Yugoslavia), dan Kwame Nkrumah (Presiden Ghana), Gerakan Non-Blok didirikan pada tanggal 1 September
1961. Gerakan ini diilhami oleh Dasasila Bandung yang disepakati pada Konferensi Asia Afrika tahun 1955.

Tujuan Gerakan Non-Blok
Gerakan Non-Blok dan Dasasila Bandung memiliki keterkaitan yang erat. Hal ini dapat dilihat dari salah satu asas yang dipakai Gerakan Non-Blok. Asas tersebut adalah berusaha menyokong perjuangan kemerdekaan di semua tempat. Asas lainnya adalah memegang teguh perjuangan melawan imperialisme, kolonialisme, dan neokolonialisme. Semangat Dasasila Bandung juga terlihat dari tujuan-tujuan Gerakan Non-Blok berikut.
  • Mengembangkan solidaritas antara sesama negara berkembang dalam mencapai persamaan, kemakmuran, dan kemerdekaan.
  • Turut serta meredakan ketegangan dunia akibat perseteruan antara Blok Barat dan Blok Timur
  • Berusaha membendung pengaruh buruk, baik dari Blok Barat maupun Blok Timur
Pertemuan Gerakan Non-Blok
Normalnya, pertemuan GNB berlangsung setiap tiga tahun sekali. Biasanya setelah mengadakan konferensi, kepala negara atau kepala pemerintahan yang menjadi tuan rumah konferensi itu akan dijadikan ketua gerakan untuk masa jabatan tiga tahun. Berikut daftar lengkapnya :

  • KTT I – Belgrade, 1 September 1961 – 6 September 1961
  • KTT II – Kairo, 5 Oktober 1964 – 10 Oktober 1964
  • KTT III – Lusaka, 8 September 1970 – 10 September 1970
  • KTT IV – Aljir, 5 September 1973 – 9 September 1973
  • KTT V – Kolombo, 16 Agustus 1976 – 19 Agustus 1976
  • KTT VI – Havana, 3 September 1979 – 9 September 1979
  • KTT VII – New Delhi, 7 Maret 1983 – 12 Maret 1983
  • KTT VIII – Harare, 1 September 1986 – 6 September 1986
  • KTT IX – Belgrade, 4 September 1989 – 7 September 1989
  • KTT X – Jakarta, 1 September 1992 – 7 September 1992
  • KTT XI – Cartagena de Indias, 18 Oktober 1995 – 20 Oktober 1995
  • KTT XII – Durban, 2 September 1998 – 3 September 1998
  • KTT XIII – Kuala Lumpur 20 Februari 2003 – 25 Februari 2003
  • KTT XIV – Havana, 11 September 2006 – 16 September 2006
Setelah runtuhnya Uni Soviet tahun tahun 1990, Gerakan Non-Blok memusatkan perhatian pada kerjasama ekonomi, pembangunan, dan politik.

Peran Indonesia dalam Gerakan Non Blok
Indonesia berperan penting dalam Gerakan Non-Blok, beberapa peran Indonesia antara lain sebagai berikut :

  • Presiden Soekarno adalah satu dari lima pemimpin dunia yang mendirikan GNB;
  • Indonesia menjadi pemimpin GNB tahun 1991. Saat itu, Presiden Soeharto terpilih menjadi ketua GNB. Sebagai pemimpin GNB, Indonesia sukses menggelar KTT X GNB di Jakarta.
  • Indonesia juga berperan penting dalam meredakan ketegangan di kawasan bekas Yugoslavia pada tahun 1991

0 komentar: